Fiasioterapi.umsida.ac.id – Nyeri bahu merupakan salah satu keluhan muskuloskeletal yang banyak dialami pekerja profesional, khususnya mereka yang bekerja dalam posisi statis dalam waktu lama, seperti staf pengajar. Dalam Buku Ajar Pemeriksaan dan Pengukuran Fisioterapi Muskuloskeletal yang ditulis oleh Widi Arti SFis MKes dijelaskan bahwa postur tubuh yang tidak tepat, terutama peningkatan kifosis torakal, dapat memengaruhi biomekanika sendi dan fungsi anggota gerak atas, termasuk sendi bahu.
Baca juga: Injury Prevention Menjadi Strategi Penting Agar Tetap Aktif Tanpa Cedera
Hal ini sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan pada staf pengajar di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, yang menunjukkan bahwa postur torakal yang buruk berkorelasi signifikan dengan nyeri bahu. Kebiasaan bekerja dalam posisi duduk lama, berdiri tanpa diselingi peregangan, serta penggunaan alat kerja yang tidak ergonomis menjadi faktor pemicu utama. Oleh karena itu, memperbaiki postur tubuh tidak hanya penting sebagai upaya preventif, tetapi juga sebagai bagian integral dari pemeliharaan fungsi bahu dan kualitas hidup kerja.
Penelitian ini menunjukkan adanya korelasi signifikan antara postur torakal, fungsi bahu, dan durasi kerja dengan terjadinya nyeri bahu. Lebih dari itu, kesadaran akan pentingnya memperbaiki postur tubuh dan menghindari posisi tubuh yang tidak ergonomis saat bekerja menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan, terutama bagi mereka yang bekerja dalam profesi mengajar.
Sumber AI
Pentingnya Mengatur Postur Tubuh dan Aktivitas Fisik dalam Mencegah Nyeri Bahu
Postur tubuh yang buruk, khususnya pada bagian torakal (punggung bagian atas), dapat memengaruhi berbagai fungsi tubuh lainnya, termasuk sendi bahu. Ketika postur torakal mengalami peningkatan kifosis (kelengkungan berlebihan pada punggung atas), posisi bahu juga terpengaruh. Hal ini menyebabkan bahu bergerak lebih ke depan (protraksi), yang akan mempengaruhi fungsinya. Penelitian ini menyebutkan bahwa postur tubuh yang buruk dapat mempersempit ruang sendi pada bahu, menyebabkan kompresi yang akhirnya menimbulkan nyeri. Selain itu, ketidakseimbangan otot di sekitar bahu juga turut memperparah kondisi ini.
Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun aktivitas fisik, seperti olahraga ringan, bisa membantu mengurangi ketidaknyamanan, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara frekuensi olahraga ringan dan kejadian nyeri bahu. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya kelenturan otot yang cukup, yang seharusnya menjadi bagian dari rutinitas olahraga. Oleh karena itu, pendekatan holistik, di mana perbaikan postur tubuh disertai dengan latihan yang lebih terfokus pada penguatan dan kelenturan otot, dapat menjadi solusi terbaik.
Menjaga Postur dan Fungsi Bahu Agar Terhindar dari Nyeri
Untuk mencegah nyeri bahu yang disebabkan oleh postur tubuh yang buruk dan durasi kerja yang lama, sangat penting bagi staf pengajar untuk memperhatikan beberapa aspek preventif. Salah satu pendekatan yang sangat direkomendasikan adalah perbaikan postur tubuh, khususnya dalam mengatasi kifosis torakal. Penelitian ini menegaskan bahwa individu yang memperbaiki postur tubuh mereka dapat mengalami peningkatan rentang gerak bahu (ROM) dan mengurangi nyeri bahu yang dirasakan.
Selain itu, latihan kekuatan dan fleksibilitas, yang difokuskan pada bahu dan punggung bagian atas, sangat bermanfaat untuk mengembalikan fungsionalitas tubuh. Mengingat pentingnya perbaikan postur tubuh, latihan postural harus menjadi bagian dari rutinitas harian mereka. Ini termasuk latihan untuk memperbaiki posisi duduk dan berdiri, serta melakukan peregangan dan penguatan otot-otot bahu dan punggung atas secara rutin.
Meskipun olahraga ringan memang bermanfaat, seperti yang ditemukan dalam penelitian ini, penguatan otot secara spesifik untuk memperbaiki postur dan meningkatkan fleksibilitas bahu akan memberikan hasil yang lebih signifikan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk melibatkan ahli fisioterapi dalam merancang program latihan yang sesuai dengan kondisi tubuh mereka.
Sumber AI
Tindakan Lanjutan Yang Dapat Dilakukan
Berdasarkan kajian penelitian dan ditinjau dari perspektif buku Pemeriksaan dan Pengukuran Fisioterapi Muskuloskeletal, dapat disimpulkan bahwa postur tubuh, terutama pada area torakal yang mengalami peningkatan kifosis, memiliki dampak besar terhadap nyeri bahu yang dialami staf pengajar. Perubahan postural yang tidak tepat dapat menyebabkan perubahan posisi bahu (protraksi), menyempitkan ruang sendi, hingga mengakibatkan tekanan berlebih dan nyeri. Meskipun olahraga ringan sering direkomendasikan, penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas tersebut tidak cukup efektif jika tidak diiringi dengan latihan khusus yang berfokus pada fleksibilitas dan kekuatan otot bahu dan punggung atas.
Berdasarkan buku tersebut, maka dapat dikatakan bahwa evaluasi postur tubuh secara menyeluruh melalui observasi sistematis serta penggunaan instrumen pengukuran, seperti goniometer dan postural assessment checklist, menjadi langkah penting dalam menentukan program terapi yang tepat. Oleh karena itu, intervensi fisioterapi yang terstruktur, mulai dari edukasi ergonomi, koreksi postur, hingga latihan penguatan otot spesifik, perlu diterapkan secara rutin dan berkelanjutan.
Baca juga: Kuliah Pakar Kupas Tuntas Pencegahan Cedera Atlet Terapkan Kompetensi Fisioterapis Olahraga
Sebagai langkah lanjutan, disarankan agar staf pengajar melakukan pemeriksaan postur secara berkala dan berkonsultasi dengan fisioterapis untuk menentukan program latihan yang sesuai dengan kondisi individu. Dengan demikian, risiko nyeri bahu dapat diminimalkan dan keseimbangan fungsional tubuh tetap terjaga demi produktivitas dan kenyamanan kerja jangka panjang.
Sumber: Widi Arti
Penulis: Ayunda H
Penyunting: Novia